baehagi.blogspot.com

Sejujurnya tulisan ini adalah bagian dari refleksi untuk diri saya sendiri. Harus diakui bahwa saya masih terus berjuang melawan kebiasaan untuk mencari alasan dan mempersalahkan keadaan dan orang lain terhadap kekecewaan, kegagalan dan permasalahan yang datang di kehidupan saya. Buku pertama yang saya beli dengan tabungan uang jajan saya yaitu buku karangan Brian Tracy yang berjudul “Stop Berdalih”. Buku ini memperkenalkan saya bahwa ketidaksuksesan orang dimulai pada saat seseorang mencoba berdalih untuk tidak melakukan sesuatu. 
 
Beberapa bulan lalu pada saat saya harus mempersiapkan keperluan untuk pulang ke Indonesia, dan bersamaan dengan itu, saya harus mempersiapkan salah satu ujian tulisan yang jadwalnya sudah disampaikan seminggu sebelum hari ujian itu. Pada saat itu saya berpikir, “Bagaimana saya bisa berkonsentrasi pada saat saya harus mempersiapkan banyak hal untuk keperluan pulang? Saya harus mengurus ini dan itu”.

Pengalaman lain pada saat saya harus menahan lapar di tempat kerja karena tidak sarapan sebelum berangkat kerja. “Bagaimana saya bisa menyempatkan diri untuk sarapan pada saat saya harus keluar paling lambat jam 6 pagi untuk mengejar bus?”
Beberapa pengalaman tadi adalah gambaran bagaimana seseorang lebih cenderung mencari dalih untuk tidak melakukan sesuatu yang sebenarnya penting dan bisa dia lakukan. Orang cenderung memilih untuk tidak berusaha dan berdiam hidup di zona nyaman dan berusaha untuk mencari alasan, membenarkan diri dengan pilihan yang dia ambil. Tanpa kita sadari, kebiasaan itulah yang membuat kita tidak maju dan berjalan di tempat.

Ada satu ilustrasi tentang seekor anjing yang diikat di salah satu pohon besar selama bertahun-tahun oleh tuannya. Setiap harinya dia hanya bisa makan, tidur dan berlari sejauh maksimal dua meter jarak dari pohon itu. Sampai akhirnya tuan dari anjing itu melepaskannya. Herannya, setelah dilepaskan, anjing itu setiap harinya hanya berlari-lari  satu sampai dua meter maksimal disekitar pohon itu.

Ilustrasi itu menggambarkan bahwa banyak orang yang tidak mampu lagi melihat kesempatan baik yang datang karena terlalu lama terikat dalam kebiasaan buruk atau berdiam zona nyamannya. Mereka menutup mata dan cenderung mencari alasan untuk tidak mau maju melihat dunia dan semua peluangnya.

“Saya tidak bisa mencapai keberhasilan itu karena keluarga saya tidak mendukung, saya tidak memiliki fasilitas yang mendukung untuk mencapai kesuksesan itu, saya masih terlalu bodoh untuk hal itu, atau saya tidak bisa menjadi seperti mereka karena saya berasal dari keluarga yang tidak mampu, saya tidak punya waktu untuk belajar, saya memiliki masa lalu yang buruk, jadi wajar jika saya tidak bisa menjadi hebat seperti dia”. Banyak dari kita sering menggunakan alasan-alasan tersebut, merasa tidak layak dan kurang percaya diri untuk mewujudkan impian kita. Mata kita sering lebih terfokus pada hal-hal yang tidak kita punya dan menutup mata untuk kemampuan dan potensi yang kita miliki. Kita lebih melihat masalah dan kekurangan kita sebagai sesuatu yang menghambat pencapaian kita.


gen20.xyz
Salah satu buku karangan Darmadi Darmawangsa yang berjudul “The Best of Champion” mengungkapkan bahwa keberhasilan seseorang ditentukan lebih dari 80 persen oleh diri sendiri. Dalam hal ini kita memiliki kendali besar terhadap keberhasilan kita.  Kita berhak penuh dalam memutuskan dan memilih jalan hidup kita. Lingkungan atau orang lain tidak memiliki kendali untuk membatasi potensi dalam diri kita. Pilihan kitalah yang menentukan keberhasilan kita. 
produkoriflames.blogspot.com
Entah kita berasal dari keluarga dengan status sosial yang tidak mendukung, dengan semua keterbatasan atau buruknya masa lalu kita, kita semua memiliki potensi dan peluang yang sama untuk mencapai keberhasilan, bukan hanya keberhasilan secara materi atau karir, tapi juga dalam hal hubungan dan pengembangan diri. Tidak ada yang bisa memperkecil peluang itu. Dia hanya akan pergi ketika kita memulai untuk BERDALIH!

By. Esther Lumintang